Lima Negara Paling Menderita di Dunia
Setiap tahun, dalam tiga tahun terakhir, Gallup telah melakukan jajak pendapat untuk menentukan negara yang paling menderita. Mereka meminta warga untuk menilai kehidupan mereka saat ini dan di masa depan.
Hasilnya, banyak dari negara-negara yang menderita memiliki kesamaan satu sama lain. Masih ada beberapa negara yang belum pulih dari perang saudara, korupsi, pelanggaran hak asasi manusia dan kemiskinan.
Kurangnya pendidikan, pekerjaan dan perawatan medis, merupakan hal umum di negara-negara ini. Selain itu, kekerasan, diskriminasi dan ketidakpastian ekonomi selalu terjadi di negara-negara ini. Tak heran jika banyak orang yang menderita di sini.
5. Hungaria - 32% penderitaan.
Pada tahun 2012, Hungaria memberlakukan konstitusi baru yang diadopsi tanpa masukan yang cukup dari oposisi bahkan masyarakat luas. Konstitusi ini lebih mencerminkan ideologi partai yang berkuasa dengan mengabaikan keyakinan orang-orang yang berada di luar partai. Konstitusi baru berakar pada ideologi Kristen konservatif, meskipun Hungaria bukan negara yang taat. Diskriminasi dan serangan rasial masih terus terjadi, dan nampaknya Roma lah yang menjadi target utama. Pada bulan Agustus 2012, partai Jobbik sayap kanan dan kelompok lainnya yang main hakim sendiri mengadakan pawai di Devescer, di mana potongan beton dan benda-benda lain dilemparkan di rumah-rumah di sekitar Roma. Dalam hal ini, polisi gagal untuk campur tangan.
4. Haiti - 32% penderitaan.
Haiti sulit untuk pulih dari gempa di tahun 2010 yang menewaskan ribuan orang dan kehilangan tempat tinggal. Pada tahun 2012, 320 ribu orang masih mengungsi dengan tinggal di tenda-tenda. Mereka terpaksa hidup di kamp-kamp dengan fasilitas air yang kurang memadai dan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak merupakan hal umum. Badai Isaac dan Sandy menyebabkan wabah kolera yang menewaskan sekitar 900 orang di tahun 2012. Upaya pemulihan dari gempa masih sangat lambat, dan ada keterlambatan dalam pencairan dana yang dijanjikan oleh masyarakat internasional.
3. Kamboja - 34% penderitaan.
Penggunaan kekuatan yang melampaui batas, kurangnya kebebasan berekspresi dan pengusiran paksa, merupakan tiga masalah terbesar yang dihadapi Kamboja saat ini. Ada protes atas hak tanah dan perumahan yang mengakibatkan tingkat kekerasan. Menurut Amnesty Internasional, tiga perempuan ditembak oleh gubernur kota Bavet di provinsi Svay Rieng selama protes terhadap kondisi kerja. Dan seorang gadis berusia 14 tahun ditembak tewas di Kratie untuk melaksanakan penggusuran paksa 600 keluarga. Penggusuran ini sering berubah menjadi kekerasan dan pembunuhan. Para korban penggusuran dibawa ke tempat relokasi yang kekurangan sanitasi, perumahan dan peluang pekerjaan yang tidak memadai. Mereka yang memilih untuk tetap tinggal, sebagian besar adalah tunawisma yang tinggal dalam kondisi kumuh di dekat bekas rumah mereka.
2. Armenia - 37% penderitaan.
Pada bulan Mei 2012, sebuah bar gay-fiendly diserang di ibukota Yerevan. Dua orang melemparkan bom molotof melalui jendela, bahkan kejadian tersebut tertangkap kamera CCTV. Namun, butuh waktu 12 jam untuk polisi tiba di tempat kejadian. Akhirnya dua orang ditangkap atas serangan tersebut, namun mereka dibebaskan dalam waktu singkat oleh dua orang anggota parlemen dari Federasi Revolusioner Armenia yang merestui serangan tersebut dan mengatakan hal tersebut sejalan dengan keyakinan mereka. Dengan kurangnya penegakan hukum, mungkin bisa dimengerti mengapa Armenia lebih banyak menderita daripada negara lain.
1. Bulgaria - 39% penderitaan.
Dikriminasi, kebencian dan kejahatan merupakan masalah sehari-hari yang dihadapi Bulgaria. Bulgaria terus menghadapi dikriminasi setiap hari, dengan akses terbatas untuk pendidikan, pekerjaan, kesehatan dan perumahan. Diskriminasi tidak berhenti sampai di sana, bahkan kaum LGBT rentan terhadap kekerasan. Penjara Bulgaria bahkan telah dikritik karena selalu menyiksa dan merendahkan tahanan. Bulgaria masuk dalam kategori negara yang paling menderita selama tiga tahun berturut-turut.
Hasilnya, banyak dari negara-negara yang menderita memiliki kesamaan satu sama lain. Masih ada beberapa negara yang belum pulih dari perang saudara, korupsi, pelanggaran hak asasi manusia dan kemiskinan.
Kurangnya pendidikan, pekerjaan dan perawatan medis, merupakan hal umum di negara-negara ini. Selain itu, kekerasan, diskriminasi dan ketidakpastian ekonomi selalu terjadi di negara-negara ini. Tak heran jika banyak orang yang menderita di sini.
5. Hungaria - 32% penderitaan.
Pada tahun 2012, Hungaria memberlakukan konstitusi baru yang diadopsi tanpa masukan yang cukup dari oposisi bahkan masyarakat luas. Konstitusi ini lebih mencerminkan ideologi partai yang berkuasa dengan mengabaikan keyakinan orang-orang yang berada di luar partai. Konstitusi baru berakar pada ideologi Kristen konservatif, meskipun Hungaria bukan negara yang taat. Diskriminasi dan serangan rasial masih terus terjadi, dan nampaknya Roma lah yang menjadi target utama. Pada bulan Agustus 2012, partai Jobbik sayap kanan dan kelompok lainnya yang main hakim sendiri mengadakan pawai di Devescer, di mana potongan beton dan benda-benda lain dilemparkan di rumah-rumah di sekitar Roma. Dalam hal ini, polisi gagal untuk campur tangan.
4. Haiti - 32% penderitaan.
Haiti sulit untuk pulih dari gempa di tahun 2010 yang menewaskan ribuan orang dan kehilangan tempat tinggal. Pada tahun 2012, 320 ribu orang masih mengungsi dengan tinggal di tenda-tenda. Mereka terpaksa hidup di kamp-kamp dengan fasilitas air yang kurang memadai dan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak merupakan hal umum. Badai Isaac dan Sandy menyebabkan wabah kolera yang menewaskan sekitar 900 orang di tahun 2012. Upaya pemulihan dari gempa masih sangat lambat, dan ada keterlambatan dalam pencairan dana yang dijanjikan oleh masyarakat internasional.
3. Kamboja - 34% penderitaan.
Penggunaan kekuatan yang melampaui batas, kurangnya kebebasan berekspresi dan pengusiran paksa, merupakan tiga masalah terbesar yang dihadapi Kamboja saat ini. Ada protes atas hak tanah dan perumahan yang mengakibatkan tingkat kekerasan. Menurut Amnesty Internasional, tiga perempuan ditembak oleh gubernur kota Bavet di provinsi Svay Rieng selama protes terhadap kondisi kerja. Dan seorang gadis berusia 14 tahun ditembak tewas di Kratie untuk melaksanakan penggusuran paksa 600 keluarga. Penggusuran ini sering berubah menjadi kekerasan dan pembunuhan. Para korban penggusuran dibawa ke tempat relokasi yang kekurangan sanitasi, perumahan dan peluang pekerjaan yang tidak memadai. Mereka yang memilih untuk tetap tinggal, sebagian besar adalah tunawisma yang tinggal dalam kondisi kumuh di dekat bekas rumah mereka.
2. Armenia - 37% penderitaan.
Pada bulan Mei 2012, sebuah bar gay-fiendly diserang di ibukota Yerevan. Dua orang melemparkan bom molotof melalui jendela, bahkan kejadian tersebut tertangkap kamera CCTV. Namun, butuh waktu 12 jam untuk polisi tiba di tempat kejadian. Akhirnya dua orang ditangkap atas serangan tersebut, namun mereka dibebaskan dalam waktu singkat oleh dua orang anggota parlemen dari Federasi Revolusioner Armenia yang merestui serangan tersebut dan mengatakan hal tersebut sejalan dengan keyakinan mereka. Dengan kurangnya penegakan hukum, mungkin bisa dimengerti mengapa Armenia lebih banyak menderita daripada negara lain.
1. Bulgaria - 39% penderitaan.
Dikriminasi, kebencian dan kejahatan merupakan masalah sehari-hari yang dihadapi Bulgaria. Bulgaria terus menghadapi dikriminasi setiap hari, dengan akses terbatas untuk pendidikan, pekerjaan, kesehatan dan perumahan. Diskriminasi tidak berhenti sampai di sana, bahkan kaum LGBT rentan terhadap kekerasan. Penjara Bulgaria bahkan telah dikritik karena selalu menyiksa dan merendahkan tahanan. Bulgaria masuk dalam kategori negara yang paling menderita selama tiga tahun berturut-turut.
Komentar
Posting Komentar